Rabu, 27 Maret 2013

Resensi Buku IBS - Karisa 12.2 (Saya BUKAN Vania)



Judul            : Benabook
Pengarang    : Benazio Rizki (@benakribo)
Penerbit        : Bukune
Tahun terbit  : 2013

              Buku pertama dari penulis www.benablog.com, Benazio Rizki, bercerita tentang kehidupannya mulai dari masa SD hingga saat ini. Mulai dari pengalamannya pada saat bersekolah SD di kota kecil Pamulang, hingga pengalaman saat dia sudah lulus kuliah dan menjadi seorang creativeprenuer. Bena juga bercerita tentang keluarga dan teman-temannya, yang ikut andil dalam membentuk Bena menjadi seperti sekarang ini. Penulis yang lebih dikenal dengan nama panggungnya benakribo ini membagi pengalamannya ketika dia pertama kali mengenal blog, ketika dia berusaha untuk masuk SMA unggulan tapi gagal, saat dia lagi-lagi gagal masuk ke universitas pilihannya, dan juga tentang kehidupan romansanya yang, lagi-lagi, kerap kali gagal. Walaupun begitu, di buku ini Bena tidak hanya menceritakan tentang kegagalannya, tetapi dia juga bercerita tentang keberhasilannya seperti mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional) komputer, membuat blog yang sukses, dan tentang pengalamannya berubah menjadi laki-laki yang berani berbicara di depan umum. 

              Para pembaca tidak hanya disuguhkan cerita-cerita yang menarik dan berbobot dari buku ini, tetapi para pembaca juga disuguhkan ilustrasi-ilustrasi yang terpampang di setiap halaman buku ini. Ilustrasi-ilustrasi yang lucu dan cerdas mewarnai kisah kehidupan Bena, seakan-akan seperti melengkapi kisah kehidupannya yang kocak. Buku ini juga disertai dengan beberapa permainan, seperti teka-teki silang dan nonogram, yang mampu membuat para pembaca tidak jenuh membaca buku ini. Berbagai tips-tips yang ditulis oleh teman-teman Bena seperti Alitt Susanto dan Ahmad Fauzi Ridwan juga melengkapi Benabook

             Di akhir buku, Bena pun menyisipkan kata-kata mutiara favoritnya, yaitu "Do what you love, love what you do." Kata-kata mutiara tersebut pun disertai dengan kisah-kisah sukses dari berbagai orang. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun buku ini ber-genre komedi, Bena tetap berhasil membuat para pembaca merasa terharu. Pembaca juga dibuat semakin terharu ketika Bena menyelesaikan buku ini dengan apresiasi untuk orang tuanya. Seperti yang dia katakan, "Tanpa orang tua kita, kita tidak akan pernah terlahir di muka bumi ini."

             Kelebihan terbesar dari buku ini adalah bagaimana Bena dapat dengan sangat baik menggabungkan elemen tulisan dan ilustrasi. Tidak hanya mendapat bacaan yang menarik, para pembaca juga mendapatkan suguhan-suguhan ilustrasi yang menarik juga. Warna dari buku ini juga tidak hanya hitam dan putih, melainkan permainan warna hitam, putih, dan merah. Karena itu buku ini sangatlah cocok untuk dibaca oleh semua orang, terutama bagi para remaja yang kurang senang membaca. Terlebih lagi, pengalaman-pengalaman Bena dikemas secara lucu dan santai sehingga sangat cocok untuk para remaja yang pasti akan merasa tergelitik dan puas ketika selesai membacanya. 

             Kelebihan berikutnya dari buku ini adalah walaupun buku ini ber-genre komedi, buku ini tetap mengandung cerita-cerita yang berbobot. Pembaca yang membaca buku ini pun akan merasa puas karena dapat tertawa, namun juga tersenyum karena mendapatkan sebuah pelajaran. Bena mengajarkan para pembacanya untuk tidak mudah menyerah dan tidak mudah takut gagal, seperti yang dia katakan di bab "Nggak ada luka? Ya ga belajar." Bena juga mengajarkan banyak pelajaran-pelajaran lain selama buku ini. 

              Buku yang bersifat non-formal ini memanjakan pembacanya dengan humor khas Bena yang lucu dan smart. Salah satu contoh bisa kita ambil di bab "Keep Calm and Wear Putih Abu2" dimana dia berkata, "...gue mulai suka hal yang berbau komputer. Kayak bau-bau disket, bau flashdisk, bau CPU, itu gue suka, semuanya suka gua endus-endusin." Hal ini juga menjadi kelebihan dari buku Benabook ini. 

              Namun, buku ini juga memiliki kelemahan. Walaupun buku ini mengandung banyak humor dan ilustrasi yang menarik, tidak demikian dengan plot buku ini sendiri. Banyak cerita yang diceritakan dengan gaya lebay sehingga terkesan lucu, walaupun sebenarnya tidak demikian. Beberapa bab bahkan terkesan kurang menarik, bila dibandingkan dengan bab-bab yang lainnya. Elemen plot dari buku ini sendiri pun terkesan lemah, tetapi tetap dapat ditutupi dengan ilustrasi lucu yang terdapat di sekitar cerita. 
  
              Akhir kata, buku ini telah dikemas secara kreatif dan brilliant oleh Bena. Membaca buku ini memberikan para pembacanya pengalaman yang tak terlupakan. Para kru dari Benabook dan Bena sendiri telah berhasil menciptakan sebuah buku yang pastinya akan mendapat tempat yang spesial di hati para pembacanya. 

Sabtu, 23 Maret 2013

Resensi Buku IBS - Vania 12.2




Judul             : Skripshit
Pengarang    : Alitt Susanto
Penerbit        : Bukune
Tahun terbit : 2012
Ringkasan buku
            Sesuai dengan judul buku ‘Skripshit’, Alitt menceritakan bagaimana ia dulu memasukki jenjang pendidikan yang terakhir, yaitu perguruan tinggi. Walaupun sudah saatnya ia untuk lulus, tetapi terlalu banyak hambatan yang ia temukan, seperti masalah finansial yang diceritakan di bab “Pendahuluan”, sampai ke alasan absurd bahwa ia tidak mau mempunyai titel ‘pengangguran’ (selepas menjadi sarjana). Menurutnya, lebih baik berstatus mahasiswa (MaPaLa – Mahasiswa Paling Lama) dibanding status pengangguran. Tidak hanya mengenai masalah kuliah, ia juga menceritakan pahit manisnya di dalam menjalin kisah asmara. Walaupun tidak ada yang pernah berhasil, ia menceritakan pengalamannya jatuh cinta pada pandangan pertama di bab “Friday, I’m in Love but… “ yang berakhir tragis. 
Alitt yang lebih dikenal sebagai mahasiswa abadi ini, juga menceritakan kerasnya dunia pekerjaan dengan berbagai pengalamannya yang sangat menarik. Ia berhasil mewawancarai seorang menteri dan waria, tetapi ia gagal menerbitkan beritanya, yang dapat dilihat di bab “Wartawan vs Wariawan”. Buku ini pun ditutup dengan perjuangan Alitt semula kecil, dari keluarga broken-home, yang di saat tingkat SD sangat berprestasi, namun berubah 180 derajat ketika duduk di tingkat STM. Tuhan pun menyadarkan ia melalui pengalaman kecelakaan yang cukup parah, dengan lukanya yang masih membekas hingga sekarang ini. Akhirnya pun Alitt sadar dan kehidupannya mulai membaik. Bab ini pun ditutup dengan kalimat yang masih bertemakan skripsi “Hidup ini bagai skripsi… banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan selalu berakhir indah… bagi mereka yang pantang menyerah.”

Penilaian dan Rekomendasi
            Alitt Susanto adalah penulis dengan gaya komedi, sehingga buku ini pun dapat diterima dengan mudah oleh khalayak luas, khususnya kawula muda. Ia terbiasa menggunakan tekhnik punchline, yaitu menyisipkan komedi di akhir kalimat, yang dapat dilihat di kalimat berikut “Gue cuma nggak pengin ketinggalan materi perkuliahan. Itulah semangat mahasiswa… berkobar di depan, meredup di belakang.”
Walaupun begitu, buku ini juga dikemas oleh pelajaran-pelajaran penting, sehingga para pembaca dapat memetik hikmahnya. Seperti kata Alitt “Tujuan gue cuma satu, agar buku ini nggak cuma berisi cekakak-cekikik doang, tapi ada pelajaran berharga yang kalian bisa petik dari sini.” Terbukti, banyak sekali bab yang mungkin dinilai sepele, seperti saat Alitt menceritakan pengalamannya membuang hewan peliharaannya di “My Pet, My Bad”, tetapi ia menjelaskan bahwa kebiasaan itu sangat susah untuk dirubah. Tentu, bab yang paling mengesankan adalah bab “Life is a Journey”. Walaupun komedi tidak terlalu digunakan, tetapi bab ini sangatlah menghibur karena pengalaman hidup Alitt ini sangatlah inspiratif. Banyak pelajaran yang pembaca bisa ambil pada bab tersebut.
            Buku ini bersifat non-formal, sehingga buku ini dikemas dengan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Terlepas dari gaya non-formal tersebut, Alitt banyak menyisipkan kalimat-kalimat bermakna di dalam bukunya, seperti kalimat berikut ini “Cinta itu memang sering berawal dari hal-hal sederhana, tapi rasanya selalu gagal dijelaskan dengan kata-kata.” Kalimat-kalimat inilah yang menjadi daya tarik dari penulisan Alitt tersendiri. Alitt menyebut gaya menulisnya ini gaya menulis ‘komedi pakai hati’. Kekurangan dari penulisan gaya Alitt adalah kecenderungan Alitt untuk menggunakan humor-humor yang sedikit mesum, sehingga mungkin kurang cocok untuk dibaca anak-anak, seperti contohnya pada kalimat berikut “Kemaluan bertanya, sesat di jalan”.
Dengan dibuatnya buku bertemakan kehidupan mahasiswa ini, sebenarnya cukup dinilai mengkhawatirkan karena bisa mengubah persepsi para mahasiswa untuk menunda-nunda kuliahnya seperti yang Alitt lakukan, tapi kekhawatiran ini tidak berlangsung lama. Dengan pintar, Alitt merangkai kata-kata sehingga pengalamannya bisa membuat para pembaca yang berstatus mahasiswa itu untuk tidak mengikuti jejaknya, melainkan untuk cepat-cepat menjadi sarjana.
Secara keseluruhan, buku ini sangatlah menarik. Buku ini tidak hanya memancing tawa, tetapi juga memberikan pelajaran-pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh para pembaca. Buku seharga Rp41.000,- ini sangatlah sayang untuk dilewatkan!

Jumat, 15 Maret 2013

Time Out

Hai para pembaca blog ini yang setia yang tak bisa terhitung oleh jari! (kari,gw,cath, dll dll dll)

Jadi udah pada tau kan, gw (kami) baru saja memenangkan uang tunai! YEAY YEAY YEAY!
*bgm: Dora si pengembara(?)

Seperti yang kari udah tulis di blog post sebelumnya, klo kt berdua menang ICC Personal Blogging Competition ! Juara 2 sih... Memang cukup disayangkan, karena sebenernya kekurangan dari blog ini adalah widget2nya. Gw kira ga penting tuh yg namanya widget, apalagi yang alay2, tpi yasudahlah, nasib berkata lain..... Gw ttep seneng kok! :D (krn dpt duit)

Oke, langsung ke main topicnya aja.

Gw.lagi.kesel.sekesel-keselnya. 



KESEL SEKESEL-KESELNYA.
*bgm: Gadis diatas api - Kunci Alicia

Yaampun, emg lu kenapa pe? Ada apaa? Cerita-cerita dong!!

Yap, ini gw lgi mau ceritain (percakapan di atas adalah percakapan diantara gw dan diri gw sendiri). Jadi, gw ini udah mau ujian musik. Namanya musik, ujiannya ga cuman teori doang, ga cuman asal apal2in lagu terus nyanyiin terus selesai. Ga segampang itu. Musik itu ada praktek ada teori, nah menurut gw, klo mau belajar praktek, tentu kita mesti bertanya ke yang ahli, yang udah berpengalaman. Nah, makanya gw les musik.

Kejadiannya baru aja berlangsung 10 menit yang lalu. Di hari Sabtu yang super terik ini (matahari yang keterlaluan), gw udah bergegas ke tempat les gw. Udah diwanti-wanti dari minggu lalu, "kamu mesti datangnya tepat waktu ya jam 10, soalnya bakal ada murid lagi." Memang, gw akuin, gw sekarang sudah mulai mengikuti jam teman gw yang ada di Amerika itu, alias jam karet. Kalo misalnya les jam 5,  berarti gw bru jalan dr rmh jam 5. Gmn cara gw nentuinnya ? Nih gw kasih formula yang gw bikin sendiri (plis kasih gw acknowledgement ya - confidential)

Formula jalan
Waktu Acara = Waktu Jalan Dari Rumah

Gw ksih lagi formula gw yang lain
Waktu Siap-Siap = Waktu Jalan Dari Rumah - *
(tanda bintang di atas bisa diganti ke angka berapa saja, biasanya sih gw 10 menit. Kalo misalnya ada tontonan seru, 1 menit)

Conclusion
Waktu Acara = Waktu Siap-Siap + *

Bingung? Gw sendiri jg bingung.

Oke, back to the main topic. Jadi, karena gw udah diwanti-wanti gitu dan gw tau diri, yaudah, gw tidak mengikuti formula gw ini. Gw jalan 09.50 (sedikit lebih cepat), biar kira2 nyampe sana jam 10.10 (masih tetep telat). 

Setelah gw sampe sana, gw bingung. Kok belom ada mobilnya? Terus, gw liat2 lagi, masih gelap. Gw ketok-ketok, ga ada jawaban. Gw langsung sms gurunya itu. Jawaban dia "Oke Vania tunggu sebentar ya saya lgi otw." Ehem, jem menunjukkan waktu 10.12, dan gw rasa kayaknya dia udah deket. 5 menit tunggu gapapa deh.

5 menit berlalu. 
belom ada tanda-tanda dia bakal dateng.

10 menit berlalu, masih belom. 
Gw pindah berteduh di rumah tetangga (note klo gw ke rumahnya pake motor, dan ga mungkin kan gw teduh di bawah motor satpam gw itu)

15 menit, 20 menit. Masih belom. 
Gw dan bb gw uda mulai panas (literally panas, karena emg mataharinya ga nyantai)

25 menit, 30, 40 udah lewat. Jam udah menunjukkan waktu 10.50.
Kesabaran gw udah abis. Gw langsung telepon satpam gw, sms guru gw klo gw plg dengan nada sarcastic, gw pulang.

Jadi sekarang udah tau kan kenapa gw SUPER KESEL BGT? 

1. Gw udah naatin janji dia, gw udah dateng tepat jam 10 (ga tepat2 bgt si), tpi dianya malah belom sampe. Ga menaati perkataan dia sendiri.

2. Dia kayak ga ada perasaan bersalah ke gw, karena dia langsung ganti jadwal gw seenak dia. Emangnya gw ga ada kerjaan apa? (main laptop, main bb, itu termasuk kerjaan loh)

3. BB gw udah merah baterenya.

4. Kulit gw gmn ga tambah item lagi, berdiri di bawah pohon tanpa tempat duduk yang terekspos sinar matahari ?!?!?!?!??!

Oke, 2 poin terakhir itu memang ga penting, tapi ttp aja lah, gimana gw ga marah, udah nungguin 40 menit, malah dia asal2 ganti jadwal gw. Tapi, dari pengalaman ini, gw belajar satu hal. Waktu itu ga akan bsa terganti. Yaudah, jadi 40 menit gw yang masihnya bisa dipake buat latian ujian, terbuang sia-sia. Kita ga bisa minta ke siapa pun itu, termasuk guru les gw, buat menggantikan waktu gw yang terbuang. Itu berarti pelajaran bagi gw, buat menggunakan sunblock setiap saat. 
Ga ding, buat menggunakan waktu sebaik-baiknya. 

Lucunya, baru aja kemaren gw nonton film berjudul "In Time". Buat yang belom tau, film ini genre sci-fi, pokoknya dunia mereka adalah dunia yg berbeda dgn dunia kita ini. Dunia di mana waktu itu, literally adalah uang. Kalo mau beli kopi, kita bayar pake waktu, klo waktu gajian, kita dibayar pake waktu, sampe ngasi pengemis pun, kita ngasih pake waktu. Orang kaya itu adalah orang yang punya jutaan tahun dan ga bisa mati, sedangkan klo orang miskin itu yang hidup dari hari per hari. Dan klo "waktu" lu abis, lu bakal mati. Oh iya, orang2 di sini itu juga cuman bisa tua sampe umur 25 tahun. Jadi kalo lu masih punya waktu buat mengulang 25 tahun lgi, yaudah, mukalu terus aja gitu. Umur lu jadi perkalian 25 tahun. 25 tahun 3kali (75), 25 tahun 5 kali (125) dan sebagainya. 

Menurut gw, film yang dibintangi Justin Timberlake sama Amanda Seyfried ini punya konsep yang menarik bgt. Waktu di sini bener2 sangat krusial. Kita dikasih tokoh Will Salas, seorang yang hidup literally dri hari ke hari. Jadi, waktu dia itu selalu pas2an. Ga pernah nyampe 24 jem. Bisa aja kan, dia kelamaan tidur, eh besoknya uda mati karena waktunya udah abis dibuat tidur?

Walaupun gw ketiduran jdi ga nonton sampe akhir, gw dapet pelajaran penting dari film ini, pelajaran yang sama dengan apa yang bru gw alami. Sebagai seorang pelajar, gw sering bgt prokrastinasi alias buang2 waktu dengan hal yang ga produktif "Ah masih ada hari besok buat ngerjain tugas, " dan sebagainya. Sama kayak di film "In Time", gw gabakal tau gw bakal hidup sampe besok ato ga. Mungkin klo difilm itu, kita punya perkiraan kira2 kita bakal mati kapan, tpi klo di dunia ini, kita cuman bisa berpegang sama Tuhan aja. Berserah aja kepada Dia karena Dia yang tau masa depan kita :)

Okelah, segitu dulu postnya. Cepet ditonton filmnya, karena film itu idenya keren menurut gw. Akhir kata, enjoy your weekend and God bless! 

Rabu, 13 Maret 2013

Vania Andreani Pratama


Buat yang masih baru di blog ini, mari gw kenalin kepada si pemilik sah blog ini yaitu si Vania AP ato yang biasa gw panggil AP. Buat lu smua yang penasaran sama nama panjangnya, tu uda gw jadiin title post ini. 

Jadi ceritanya, si Vania Andreani Pratama adalah temen gw sejak kelas 7. Kita uda jadi temen main sejak kelas 7, tapi kita jadi makin deket sejak kita sekelas pas kelas 8. Itu juga adalah saat2 dimana dia memulai hobinya untuk blogging, yang dia telantarkan dan yang akhirnya diambil alih gw.

Di kelas 9 kita ga sekelas, tapi di kelas 11 kita kembali bertemu. Jadi seperti yang sudah pernah gw bilang, kita ambil 3 pelajaran yang sama. Kita kembali bertemu lagi setiap kali ada moving class, dan itu cukup sering. Waktu pelajaran business kelas 11, kita berdua bikin projectnya bareng2. Kita berdua jadi pura2 bikin bisnis, yaitu sebuah bisnis toko yg bisa customized sneakers, yang kita namakan Wear and Run!

Bisa dibilang gw dan AP ud cukup sering jadi partner. Dan achievement yang paling gw banggakan akhir2 ini adalah kenyataan bahwa blog ini juara 2 di lomba personal blogging di Ipeka Computer Competition :D (yang presentasi AP looo cieeee)

Aniwei, gw disini mau ngomongin soal AP (obviouslyyyy). AP beberapa minggu yang lalu tiba2 bilang bahwa dia mau mendaftarkan diri dia di sebuah college yang baru buka di Jakarta, sebut saja UR. Jadi dia bakal keluar dari IICS dan sekolah di UR. Waktu dia bilang itu, dia cuma tinggal punya 2 minggu waktu sekolah. 

Otomatis gw shock. Temen2 gw jg smuanya. Kalo lu pembaca setiaa blog gw, lu pasti tau bahwa akhir2 ini kegalauan gw berpusat pada temen2 gw yg pergi. Dan tiba2 si AP mau pergi juga. 

Gw ga rela AP pergi. Pertama, soalnya dia adalah orang yang paling bisa diandalkan. Tiap gw ga bawa labcoat gw pasti minjem ke AP. Tiap mau nanya PR pasti AP selalu paling tahu. Vania AP selalu yang nomor satu.  

Kedua, gw ga tahu bakal gimana sekolah ini tanpa si AP. Gimana si SSG nanti? Gimana nanti kalo ga ada yang main2 gitar lagi? Gw kalo mau nyanyi diiringi siapa dong? *ehem* ga la. Gw ga bisa bayangin aja kehilangan satu orang temen lagi. 

Jadi akhir kata, gw sedih. Tapi gw tau gw ga bisa bikin dia stay. Jadi gw ud siap2 aja tu mw bikinin dia farewell gift (10 menit video berisi foto2 Zac Efron diiringi lagu Greyson Chance) dan sebuah blog post yang bakal super galau. 

Tapi. 








Beberapa minggu lalu si AP bilang dia ga jadi resign. 

Anti-climax.

Karena masalah internal di UR akhirnya mreka blm siap buat buka kelas. Alhasil, si AP ga jadi pindah. Gw yang sedih pun berubah menjadi senang dicampur geli dicampur sedih (karena gw ga jadi bikinin dia farewell gift yg super awsum itu). 

Yah gw mostly seneng si karena dia masih stay disini. Paling ga msh ada org yg bs gw andalkan dan gw ga perlu bawa labcoat ke sekolah. *ehem* sori pe canda doang.

Gw jd demen nulis dan blogging gara2 blog ini, jadi gw harus terimakasih banyak banget sama AP. Menurut gw si AP tu keren banget. Gw bener2 anggap dia paling keren, tough, gaul, pokoknyaa Vania AP nomor satu laaaa.

Kok setelah gw baca paragraf di atas gw jd kedengeran kayak fangirl Vania AP ya? ._. 
Ya ud la whatever jadi fangirl Vania AP keren kok. 

Gw berharap gw bisa bertemen terus ama si AP, bahkan sampai kita ud nenek2. Soalnya kapan lagi gw bisa punya temen sekeren dia?

God bless! :D