Sabtu, 23 Maret 2013

Resensi Buku IBS - Vania 12.2




Judul             : Skripshit
Pengarang    : Alitt Susanto
Penerbit        : Bukune
Tahun terbit : 2012
Ringkasan buku
            Sesuai dengan judul buku ‘Skripshit’, Alitt menceritakan bagaimana ia dulu memasukki jenjang pendidikan yang terakhir, yaitu perguruan tinggi. Walaupun sudah saatnya ia untuk lulus, tetapi terlalu banyak hambatan yang ia temukan, seperti masalah finansial yang diceritakan di bab “Pendahuluan”, sampai ke alasan absurd bahwa ia tidak mau mempunyai titel ‘pengangguran’ (selepas menjadi sarjana). Menurutnya, lebih baik berstatus mahasiswa (MaPaLa – Mahasiswa Paling Lama) dibanding status pengangguran. Tidak hanya mengenai masalah kuliah, ia juga menceritakan pahit manisnya di dalam menjalin kisah asmara. Walaupun tidak ada yang pernah berhasil, ia menceritakan pengalamannya jatuh cinta pada pandangan pertama di bab “Friday, I’m in Love but… “ yang berakhir tragis. 
Alitt yang lebih dikenal sebagai mahasiswa abadi ini, juga menceritakan kerasnya dunia pekerjaan dengan berbagai pengalamannya yang sangat menarik. Ia berhasil mewawancarai seorang menteri dan waria, tetapi ia gagal menerbitkan beritanya, yang dapat dilihat di bab “Wartawan vs Wariawan”. Buku ini pun ditutup dengan perjuangan Alitt semula kecil, dari keluarga broken-home, yang di saat tingkat SD sangat berprestasi, namun berubah 180 derajat ketika duduk di tingkat STM. Tuhan pun menyadarkan ia melalui pengalaman kecelakaan yang cukup parah, dengan lukanya yang masih membekas hingga sekarang ini. Akhirnya pun Alitt sadar dan kehidupannya mulai membaik. Bab ini pun ditutup dengan kalimat yang masih bertemakan skripsi “Hidup ini bagai skripsi… banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan selalu berakhir indah… bagi mereka yang pantang menyerah.”

Penilaian dan Rekomendasi
            Alitt Susanto adalah penulis dengan gaya komedi, sehingga buku ini pun dapat diterima dengan mudah oleh khalayak luas, khususnya kawula muda. Ia terbiasa menggunakan tekhnik punchline, yaitu menyisipkan komedi di akhir kalimat, yang dapat dilihat di kalimat berikut “Gue cuma nggak pengin ketinggalan materi perkuliahan. Itulah semangat mahasiswa… berkobar di depan, meredup di belakang.”
Walaupun begitu, buku ini juga dikemas oleh pelajaran-pelajaran penting, sehingga para pembaca dapat memetik hikmahnya. Seperti kata Alitt “Tujuan gue cuma satu, agar buku ini nggak cuma berisi cekakak-cekikik doang, tapi ada pelajaran berharga yang kalian bisa petik dari sini.” Terbukti, banyak sekali bab yang mungkin dinilai sepele, seperti saat Alitt menceritakan pengalamannya membuang hewan peliharaannya di “My Pet, My Bad”, tetapi ia menjelaskan bahwa kebiasaan itu sangat susah untuk dirubah. Tentu, bab yang paling mengesankan adalah bab “Life is a Journey”. Walaupun komedi tidak terlalu digunakan, tetapi bab ini sangatlah menghibur karena pengalaman hidup Alitt ini sangatlah inspiratif. Banyak pelajaran yang pembaca bisa ambil pada bab tersebut.
            Buku ini bersifat non-formal, sehingga buku ini dikemas dengan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Terlepas dari gaya non-formal tersebut, Alitt banyak menyisipkan kalimat-kalimat bermakna di dalam bukunya, seperti kalimat berikut ini “Cinta itu memang sering berawal dari hal-hal sederhana, tapi rasanya selalu gagal dijelaskan dengan kata-kata.” Kalimat-kalimat inilah yang menjadi daya tarik dari penulisan Alitt tersendiri. Alitt menyebut gaya menulisnya ini gaya menulis ‘komedi pakai hati’. Kekurangan dari penulisan gaya Alitt adalah kecenderungan Alitt untuk menggunakan humor-humor yang sedikit mesum, sehingga mungkin kurang cocok untuk dibaca anak-anak, seperti contohnya pada kalimat berikut “Kemaluan bertanya, sesat di jalan”.
Dengan dibuatnya buku bertemakan kehidupan mahasiswa ini, sebenarnya cukup dinilai mengkhawatirkan karena bisa mengubah persepsi para mahasiswa untuk menunda-nunda kuliahnya seperti yang Alitt lakukan, tapi kekhawatiran ini tidak berlangsung lama. Dengan pintar, Alitt merangkai kata-kata sehingga pengalamannya bisa membuat para pembaca yang berstatus mahasiswa itu untuk tidak mengikuti jejaknya, melainkan untuk cepat-cepat menjadi sarjana.
Secara keseluruhan, buku ini sangatlah menarik. Buku ini tidak hanya memancing tawa, tetapi juga memberikan pelajaran-pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh para pembaca. Buku seharga Rp41.000,- ini sangatlah sayang untuk dilewatkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar